Penulis : Luigi Pralangga
Penyunting : Kurniaesa Script Agency & Author
Management
Penyelaras
Aksara : Noviyanti
Utaminingsih
Konsep
dan Pengembangan Desain : Rizqa Abidin
dan Futih Aljihadi (What If Artwork)
Desain
Lay Out : Futih Aljihadi
Desain
Sampul :
Zaki Fitria
Penerbit : Qanita (PT. Mizan Publika)
Cetakan : Pertama, Nove mber 2011
Halaman : 332 hlm
ISBN : 978-602-9225-13-6
Saya
mendapatkan buku ini dari @NouraBooks kuis di twitter, namun saya lupa lagi
kuis apa dan kapan mendapatkan buku ini. Hehe Saya juga baru bisa menyelesaikan
membaca buku ini bulan juni tahun ini, karena terkadang ada moment saya lagi
tidak mood untuk membaca atau karena banyak buku PR yang belum saya baca (baik
dari kuis, lomba, beli di toko / online dan hadiah dari teman-teman) ^_^
Awal
mulai pertama melihat cover buku ini, saya mengira buku ini tentang si penulis
yang jalan-jalan atau keliling dunia membawa aksesori ondel-ondel hehe. Setelah
membaca pendahuluan buku ini, ternyata yang saya dapatkan berbeda dengan yang
saya pikirkan pertama kali, gambaran buku ini ada kaitannya dengan PBB atau
atau lebih tepatnya pasukan perdamaian PBB.
Kang
Luigi (si ondel-ondel kampret, nama panggilan di buku ini hehe) memaparkan
kisah perjalanannya mulai dari bekerja di perusahaan telekomunikasi di Jakarta
hingga ke New York dan hingga dikirim ke Liberia dan Irak sebagai pasukan
perdamaian PBB (peacekeeper). ketika mempunyai mimpi atau impian terkadang kita
memikirkan bagaimana nanti, sedangkan si ondel-ondel mengatakan “gimana entar
aja deh” sehingga di ondel-ondel ini nekat untuk keliling dunia (dan digunakan
juga untuk nama buku ini –versi saya- hehe)
Apapun impian
kita, entah itu merantau ke luar negeri buat cari pengalaman, kuliah lagi, atau
apapun itu. Jangan lihat berapa banyak uang yang ada di kantong kalian saat
ini. Jangan tanya, “entar gimana, ya?” tetapi “Gimana entar aja deh” Jangan
bilang, “Aduh gue nggak pede!” Jalanin aja dulu. [hal 38]
Buku
ini direkomendasikan untuk semua warga Indonesia, karena di dalam buku ini (salah
satunya) kita bisa mengetahui dan bisa ikut serta dalam membantu perdamaian
dunia. Si ondel-ondel membuktikan dalam buku ini, dalam ikut serta sebagai
peacekeeper PBB tidak (selalu) harus menjadi pasukan khusus yang terjun ke
lapangan tapi ada beberapa posisi di PBB yang menunjang perdamaian tersebut.
Hal ini dirasakan langsung si Ondel-ondel pada saat ditempatkan di Liberia UNMIL
(United Nations Mission In Liberia) enam tahun lebih hingga ke Irak UNAMI
(United Nations Assistance Mission for Irak)
Di tengah
keluarga, menu apa pun terasa berbeda, karena cinta di dalamnya. Ah, tapi saya
masih bersyukur dengan menu yang saya dapat. [hal 114]
Selain
hal tersebut buku ini menceritakan suka duka selama menjadi bagian anggota PBB
tersebut, termasuk ketika si ondel-ondel menjalani bulan Ramadhan di Liberia
yang jauh dengan keluarganya, mulai dari buka puasa dengan roti baguette keras ala Liberia yang harus
dibasahi ari hujan, sampai perjuangan pakeukeuh
dengan pedagang pada saat di
pasar Liberia yang keukeuh menawari
udang. Melewati bulan Ramadhan di -Negara yang masih berada dalam status pasca
konflik ini tidaklah senyaman seperti di tanah air. Situasi dan suasana
Ramandhannya beda banget, sumpah ! [hal 120], sehingga -Bersabar, tetap tekun
bekerja, dan beribadah sembari melakukan berbagai aktivitas selepas kerja,
adalah cara jitu untuk mengusir sendu dan rindu family dan tanah air [hal 119] -Ramadhan di mana pun, keikhlasan
dan kesabaran akan selalu menjadi pelajaran berharga [hal 123]
Saya
suka cara menulis si ondel-ondel ini, karena seakan-akan kita sedang mengobrol
dengan si penulis. Ditambah lagi penulis menambahkan beberapa kosa kata bahasa
sunda, sehingga ada ikatan emosional ketika kosa kata tersebut digunakan di
beberapa kalimat. Hehe
Selain
pada saat pembahasan bulan Ramadhan di Liberia, Bab “Kentut Bombay dari
Liberia” merupakan bab yang membuat saya ketawa, seolah langsung terbayang si
ondel-ondel dalam situasi tersebut. Xixi..
Tatapan kosong
anak-anak pantai itu sering jadi pengingat buat saya untuk selalu bersyukur dan
sadar bahwa masih banyak di antara kita yang belum seberuntung diri kita saat
ini [hal 136]
(Mungkin)
ada beberapa orang di antara kita yang (terkadang) tidak bangga dengan
Indonesia, padahal Indonesia begitu kaya akan sumber daya alamnya dan walaupun
ada beberapa oknum pejabat atau instansi pemerintah yang tidak amanah terhadap
tugasnya. Namun hal tersebut lantas menjadikan kita untuk tidak bersyukur
kepada Tuhan, karena dengan cerita dari buku ini bisa menjadikan (salah satu)
bahan renungan kita untuk selalu bersyukur dan sadar bahwa masih banyak di
antara kita yang belum seberuntung diri kita saat ini.
Si
ondel-ondel akhirnya pulang ke Indonesia dan membuat blog khusus peace keeping
termasuk memberikan motivasi dan support kepada para pembaca (apabila) ada yang
berminat menjadi peacekeeper karena
selalu ada lowongan untuk ikut serta di bidang tersebut. Pembaca bisa
berkomunikasi dengan penulis di akun twitternya @pralangga atau beberapa :
Saran
dari saya, untuk Photo dokumentasi dengan warna biru kurang jelas, mungkin ide
tersebut disamakan dengan warna font huruf yang digunakan sehingga print photo2
di buku ini juga biru. Untuk cetakan selanjutnya mungkin bisa dengan formatan
gambaran hitam putih, sepia atau lebih baik berwarna. Dan alangkah lebih
baiknya buku ini ada pembatas bukunya, sehingga lebih indah dan serasi. ^_^
Ada
kekeliruan pencetakan, beberapa redaksi penulisan / pencetakan dalam buku ini,
sebagai berikut :
1.
...
tentang teknik penyelesaian serta manajeman... [hal 182]
2.
Mungkin
seharusnya kata sahabat, di halaman 299 tercetak “sabahat”
Semoga
review ini bermanfaat bagi pembaca dan sekali lagi terima kasih kepada
@NouraBooks untuk buku hadiah ini (walaupun telat dibacanya dan telat
direview), terima kasih juga buat si ondel-ondel yang sudah berbaik hati
berbaik ilmu dan pengalamannya. Nuhun Kang Luigi ^_^
Bandung, 24 Juni 2013